Saturday, June 08, 2013

HANYA MENYENANGKAN HATINYA

Nyanyian kanak-kanak sewaktu saya masih kecil dan hingga sekarang yang selalu membekas dalam hati adalah syair lagu :
“Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia”
Pada saat saya kecil, hanya sekedar menyanyi dan belum memahami akan arti dari kata-kata tersebut. Namun setelah beranjak dewasa, saya sangat kagum kepada pencipta lagi ini, betapa dalam makna yang tersirat dari lagu ini tentang kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya.

Siapakah yang mampu memelihara dengan tulus, sehingga seorang anak dapat tumbuh berkembang dengan baik? Siapakah yang mampu membimbing dan mengarahkan dalam menjalani tantanganan hidup ini? Siapakah yang selalu menanti kala kita pulang kerumah semasa masih remaja? Siapakah yang selalu memeluk dengan penuh kasih kala kita sakit? Hanya seorang ibu yang mampu untuk berbuat itu semua.

Sepanjang hidupnya, ibu selalu bersedia berkorban untuk anak-anaknya hingga mampu untuk hidup mandiri. Bahkan ketika anak sudah dewasa dan berkeluarga, ibu akan selalu setia mengunjunginya terlebih lagi setelah ada cucu yang dikasihinya.
Apapun yang ibu miliki seperti waktu, tenaga, perasaan, bahkan juga materi, akan diberikan kepada anaknya agar anaknya bisa hidup damai dan bahagia. Itulah cita-cita luhur setiap ibu yang berharap bahwa anak-anaknya akan dapat hidup dengan damai dan berguna bagi sesamanya.

Apakah ibu mengharapkan balasan dari anak-anaknya? Tentu tidak !
Seperti syair lagu diatas, dang ibu ”bagai sang surya menyinari dunia”, seperti matahari yang setia terbit dari timur, memberikan terang, kehangatan, panas yang selalu dinantikan oleh semua mahluk hidup.
Begitu setianya ibu kepada anak-anaknya, selalu tercurah kasih sayang, perhatian dan segala keperluan anaknya, tanpa mengharap balas jasa.

Ketika anak-anak menginjak masa remaja, kemudian dewasa. Sikap memberontak mulai muncul karena menghadapi masa puber, merasa sudah mampu untuk melakukan sesuatu tanpa harus minta bantuan kepada ibu. Terlebih lagi adanya kesenjangan baik pendidikan maupun lingkungan yang sudah berbeda dengan masa lalu, membuat pandangan anak-anak banyak berseberangan dengan pandangan ibu.
Memang tidak sepenuhnya anak-anak keliru, karena jaman yang sudah berubah, namun akan lebih baik bila perbedaan pandangan tidak menjadi pembuat jarak antara ibu dengan anak.

Ketika sudah dewasa dan secara ekonomi mapan, banyak pandangan yang lebih bersifat materialistis mengenai bagaimana mengasihi ibu. Karena alasan sibuk, maka lebih banyak orang hanya mengirim uang secara teratur dalam jumlah yang lebih dari cukup dengan anggapan ibu akan senang bila memperoleh kiriman uang. Sementara jarang sekali mengunjungi ibunya secara khusus, atau mengajak ibunya untuk bersama dirumahnya.
Mungkin yang ada dalam benak anak itu adalah bila mengirim uang maka akan dapat membalas budi ibunya, karena secara materi anaknya memang sangat mencukupi.
Berapapun materi yang diberikan kepada ibunya, tidak mungkin untuk membalas kebaikannya.
Adakah yang bisa mengitung secara materi mengenai pengorbanan seorang ibu, mulai dari masa mengandung, melahirkan, memelihara ketika masih bayi, bangun malam hari hingga pagi untuk menyusui, mengganti popok yang basah, kemudian ketika mulai belajar jalan, mulai sekolah hingga menghantar sampai ke pelaminan untuk siap membentuk keluarga yang baru.
Jelas tidak akan mungkin kita membalas kebaikan ibu, apalagi bila dihitung secara materi.

Apa yang mungkin kita lakukan untuk ibu?
Hanya dengan menyenangkan hati ibu, maka ibu akan merasa bahagia terhadap perilaku anaknya.
Sikap patuh, senyuman yang tulus, menemani berbicara atau bercerita, menjenguk ibu secara khusus seperti masa lebaran atau natal atau hari-hari istimewa lainnya bagi ibu.
Perhatian-perhatian kecil yang menyenangkan, seperti misalnya makanan kecil kesukaan ibu, syal, sapu tangan, tas atau sandal yang harganya juga tidaklah mahal, tetapi hal itu disukai oleh ibu.
Atau mungkin mengajak jalan-jalan bersama, ketempat yang disukai ibu. Semua itu bila dibandingkan dengan kiriman uang yang besar setiap bulan, mungkin tidak ada artinya, namun bila ditinjau dari sudut non materi, hal ini akan berdampak besar bagi ibu karena akan mampu menyenangkan hatinya.
Hanya sebatas menyenangkan hati ibu, yang bisa kita lakukan selaku anak-anaknya, karena untuk membalas kebaikannya kita tidak akan pernah mampu melakukannya, dan perlu diingat ibu seperti matahari yang tidak pernah berharap ada balas budi.

Apabila saat ini, pembaca masih diberi kesempatan untuk menyenangkan hati ibu, lakukanlah sekarang karena ketika ibu sudah pulang ke pangkuanNYa, kita tidak lagi memiliki kesempatan untuk menyenangkan hatinya.

Ibu, aku kangen pelukanmu
Ibu, aku kangen belaianmu
Ibu, aku kangen usapan tanganmu dikepalaku
Ingin kutumpahkan tangis dan rinduku dipangkuanmu.


Bandung,  12 Desember 2005

Tuesday, August 28, 2012

Kampung Batu







Ternyata di Bandung Selatan, terdapat tempat rekreasi untuk keluarga yang cukup lengkap, dan jaraknya juga tidak terlalu jauh dari pintu Tol Buah Batu maupun pintu Tol Moh Toha.

Lahan bekas penambangan batu, telah diubah menjadi tempat yang indah dan menyediakan berbagai mainan, mulai dari dayung perahu, flying fox, membajak sawah, nangkap ikan, berkebun memancing, bermain dengan rusa.... dan menikmati pemandangan yang indah ke arah selatan.
Juga tersedia akomodasi untuk gathering termasuk makan siangnya.

Mungkin tempat ini menjadi alternatif lain jika ada rekans yang bermain ke bandung

Menurut saya, tempat ini sangat cocok untuk keluarga terutama yang memiliki anak2 TK hingga SMA agar lebih banyak belajar dengan alam..

Rembulan Sore dan Merah Putih








Tuesday, August 14, 2012

Kangen Wonosobo




Wah... sudah kepikiran mau mudik ....ke kota tercinta : Wonosobo